Kamis, 21 Juli 2011

SALAM TRISMA!

          Kata itulah yang terngiang pertama kali di telingaku saat aku kembali membuka kenangan yang telah lama kupendam. Teriakan kakak osis yang tiap pagi buta menyapa telingaku yang selalu menghentakkan kaki mereka dan meneriakkan deruan kalimat padaku dan teman-teman angkatanku.

          “Kharisma” kata itu yang hingga kini menjadi pintu kegembiraan dalam hidupku. Kharisma, salah satu kelompok dari sekian kelompok yang ada. Wajah yang berbeda, cara bicara yang berbeda, tingkah laku yang berbeda, semua kulihat berbeda, dari sinilah aku temui hal yang baru, kumulai kisahku.

          Kharisma, bagiku adalah sebuah regu yang penuh kisah, kharisma memiliki orang-orang yang aktif berinspirasi dan menyumbangkan ide-idenya (saat membuat yel kelompok), selain itu ada pula duka dalam kharisma (saat pementasan budaya sempat terjadi konflik), ada pula tawa yang tak pernah bisa dilupakan (saat pendakian pertama kali). Kharisma memiliki semua yang mungkin kelompok lain tak memiliki.

          Seminggu telah berlalu, masa orientasi ditutup saat pendakian. Keesokannya perpisahan mulai terjadi, pembagian kelas yang tidak berdasarkan kelompok lagi. Hati yang berdegup mulai kurasakan karna sifatku yang tak pandai bergaul membuatku takut akan perpisahan.

          Hari pertama pembagian teman yang baru kulalui, kehebohan teman-teman baruku karena tak tahu dimana ruangan kelas X.2 membuat persaingan perebuatan kursi yang cukup heboh dikalanganku. Saat ruangan telah kuketahui, bergegas aku dan teman-temanku berlari menuju kelas itu, dan wah… aku dan teman sebangkuku (kusuma) memperoleh tempak duduk di deretan teman lawan jenisku. Perkenalan mulai terjadi dalam kurun waktu satu semester, di kelas ini, di ruangan ini, aku memulai sebuah persahabatan bersama 3 orang temanku (kusuma, adit, wiryawan) yang ternyata merupakan kelompok kharisma. Keakraban mulai kami alami, canda, tawa, susah, dan duka kami lalui bersama. Berbagai perdebatan dan pertengkaran telah kami rasakan bersama. Hingga suatu hari aku mengusulkan agar persahabatan kami diberikan sebuah nama, akhirnya adit memberi sebutan “TSF” atau “The Story’s Friendship”. Sebuah kisah pershabatan yang akan selalu kukenang dan kuukir dalam lubuk hatiku.

          Namun, aku menyadari setiap manusia tidaklah sama, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda serta pemikiran yang berbeda. Tibalah penentuan penjurusan saat aku kini berasa di kelas XI. Dan akhirnya kami semua menemui penjuru yang berbeda, aku sendiri XI IPA 2, kusuma XI IPS, dan adit bersama wiryawan XI IPA 5. Hatiku mulai ketakutan, aku akan memulai mengenal teman-teman baruku. Aku takut memikirkannya, namun ternyata teman-temanku kini tidak jauh berbeda dibandingkan teman-temanku yang dulu. Hal itu tak begitu penting, yang penting adalah keutuhan persahabatanku. Persahabatan yang kini telah terjalin ternyata menemui sebuah cobaan. Persahabatan yang dibatasi oleh sebuah perbedaan kelas. Aku dan sahabat-sahabatku mulai berjuang agar persahabatan itu tetap kokoh.

          Akhirnya persahabatan tetap terjalin, persahabatanku tetap kokoh.